KUKARPINTARIDAMAN.COM, Kukar – Ponidyah Untari, S. Pd, Guru SMPN 5 Anggana kini bersiap untuk berkompetisi karena masuk lima besar kompetisi PembaTIK Level 4 mewakili Kalimantan Timur. Harapan besar ini diharapkan mendapat dukungan dan doa dari berbagai pihak untuk kelancaran dan kesuksesan untuk menjadi yang terbaik dari lima peserta terbaik se-Provinsi Kalimantan Timur.
PembaTIK (Pembelajaran Berbasis TIK) merupakan program peningkatan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, dan Dinas Pendidikan dalam kegiatan belajar, mengajar, dan berkarya untuk mendukung terciptanya inovasi pembelajaran kolaboratif dalam implementasi kurikulum merdeka dengan mengedepankan pemanfaatan Platform Teknologi. Kegiatan ini diselenggarakan oleh BLPT Kemendikbudristek.
Dengan motivasi untuk meningkatkan profesionalisme sebagai seorang guru yang berdampak positif bagi murid dalam pembelajaran era 4.0 Ponidyah bertekad untuk menjadi inspirator praktik baik dalam pemanfaatan platform teknologi di sekolah. Proses kegiatan dilalui secara bertahap. Dari pendaftaran PembaTIK Level 1 Literasi di Laman PembaTIK hingga mendapat sertifikat dilanjutkan ke Level 2 Implementasi. Selanjutnya ke Level 3 dengan mengedepankan kreasi. Dalam level 3 ini para peserta diberi beberapa pilihan dalam menyelesaikan tugas akhir. Apabila level 3 ini sesuai kriteria maka bisa lanjut di Level 4, berbagi dan berkolaborasi. Yang masuk ke Level 4 diberi penghargaan yaitu menjadi Sahabat Teknologi Tahun 2024. Pada level 4 ini setiap peserta wajib berbagi dan berkolaborasi secara luring maupun daring. Tugas akhir yang dibuat adalah vlog serta blog. Untuk masuk ke dalam seleksi duta pembaTIK hanya dipilih 5 besar terbaik dari calon duta teknologi Kemendikbudristek yang nanti hanya 1 yang akan di pilih menjadi Duta Teknologi Kemendikbudristek Provinsi Kalimantan timur.
Dengan dukungan keluarga, kepala sekolah, rekan sejawat, murid, dan UPT LK Anggana, menjadi 5 besar di Tingkat Provinsi, Ponidyah tetap bersemangat meskipun selama mengikuti PembaTIK sangat kesulitan dalam mengakses internet karena masuk wilayah 3T. Peserta didik juga belum terbiasa dengan pembelajaran berbasis TIK. Solusi yang dapat dilakukan adalah saat ini mulai adanya penguat jaringan dan penggunaan Starlink. Sekolah juga mulai membiasakan menggunakan TIK dalam pembelajaran.
Dengan dukungan doa dan tersedianya perangkat Starlink harapan menjadi Duta Teknologi, dan bisa menjadi inspirator praktik baik dalam pemanfaatan platform teknologi sangat tinggi. Dengan menjadi mitra Dinas Pendidikan sebagai Jangkar Teknologi Pendidikan Indonesia dalam rangka mendorong peningkatan pendayagunaan TIK untuk pembelajaran maka pembelajar berbasis TIK akan terwujud dan konsisten mengupgrade diri dan mencerdaskan murid. (Rn).