GLS dan GLM

GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS)
Gerakan Literasi Sekolah atau GLS adalah sebuah gerakan di sekolah dalam upaya menumbuhkan budi pekerti peserta didik di sekolah dengan tujuan peserta didik memiliki budaya literasi untuk menyerap berbagai informasi atau ilmu melalui kegiatan membaca, menulis, mengaji, atau mendengarkan  sehingga tercipta kebiasaan pembelajaran sepanjang hayat. GLM merupakan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang menjadi bagian dari Gerakan Literasi Nasional (GLN).

Biasanya sekolah-sekolah menerapkan literasi ini melalui kegiatan membaca selama 10—15 menit sebelum pembelajaran pertama dimulai, dilanjutkan dengan menuliskan hasil bacaannya. Kegiatan rutin yang dilakukan sekolah ini sangat memberikan efek dalam menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan menulis. Membaca atau menulis dengan suasana yang kondusif dengan berbagai macam tema seperti nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang bisa menjadi pilihan para peserta didik disekolah.

Kegiatan GLS ini melibatkan seluruh warga sekolah baik guru, peserta didik, orang tua/wali murid, dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan sehingga kerjasama dan saling dukung dari berbagai elemen memang harus ada. Harapannya adalah tercapainya budaya baca yang melekat erat dalam diri peserta didik, yang di kemudian hari bisa bermanfaat bagi masa depannya.

Dalam melaksnakan Kegiatan Literasi Sekolah ini ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan, berikut langkah yang bisa kita lakukan :
1. Tahap Pembiasaan
Tahap ini siswa dilatih membaca dalam hati, membaca nyaring, dan menyimak. Ini untuk meningkatkan rasa cinta membaca di luar pelajaran, meningkatkan rasa percaya diri, dan menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan membiasakan membaca 15 menit sebelum mulai pelajaran atau sesudah pelajaran berakhir.

2. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini siswa didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dalam proses membaca. Langkah ini dapat dilakukan melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan. Misalnya ketika siswa membaca karya sastra cerita pendek. Maka langkah selanjutnya dapat menulis ulang dengan bahasa sendiri.

Kegiatan tindak lanjut dalam tahap pengembangan literasi memerlukan waktu pembiasaan sekitar 15 menit. Meski waktunya singkat perlu dipertimbangkan mengenai bentuk, frekuensi, dan durasi pelaksanaannya. Yaitu harus disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Sehingga kegiatan literasi tetap dapat dilaksanakan dengan menyenangkan tanpa membebani tugas para siswa.

3. Tahap Pembelajaran
Tahap pembelajaran dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum di sekolah. Yaitu siswa diwajibkan membaca buku  nonteks pelajaran. Namun dalam pelaksanaannya harus tetap mempertimbangkan beberapa prinsip. Prinsip-prinsip itu di antaranya, buku yang dibaca berupa buku ilmu pengetahuan umum, buku tentang minat khusus, atau buku-buku yang dikaitkan dengan mata pelajaran. Namun dapat pula buku-buku terkait tagihan akademis, yaitu berkaitan dengan tugas atau penguasaan suatu mata pelajaran.

Tujuan akhir dari GLS adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman individu sehingga terbentuk individu pembelajar sepanjang hayat, mengembangkan berfikir kritis dan mengolah dan mengelola kemampuan berkomunikasi secara kreatif melalui kegiatan menganggapi buku bacaan dan buku pelajaran. Baik secara verbal, tulisan, visual, maupun digital.

GERAKAN LITERASI MASYARAKAT (GLM)
Gerakan Literasi Masyarakat atau GLM adalah sebuah gerakan pembiasaan di masyarakat dalam upaya menumbuhkan budi pekerti peserta didik di sekolah dengan tujuan peserta didik memiliki budaya literasi untuk menyerap berbagai informasi atau ilmu melalui kegiatan membaca, menulis, mengaji, atau mendengarkan  sehingga tercipta kebiasaan pembelajaran sepanjang hayat.

GLM merupakan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang menjadi bagian dari Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan Literasi Masyarakat ini dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD Dikmas) sebagai tindak lanjut dari program pemberantasan buta aksara yang mendapatkan penghargaan UNESCO pada tahun 2012.[1]

Kegiatan GLM yang dapat diterapkan misalnya pelatihan komputer bagi perangkat desa, pelatihan pembuatan produk-produk lokal atau buah tangan, pendirian kelompok bermain balita, pembuatan Taman Baca Masyarakat (TBM), dan pengembangan wisata lokal atau kampung wisata.

Kegiatan GLM ini melibatkan seluruh elemen masyarakat baik itu warga, perangkat masyarakat (Kades, Lurah, Ulama), sebagai bagian dari ekosistem pendidikan masyarakat sehingga keterlibatan atau rasa saling mendukung dari berbagai elemen masyarakat memang harus nyata. Harapannya adalah tercapainya budaya baca yang melekat erat dalam masyarakat, yang di kemudian hari bisa bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara.