Keterbatasan akses selama pandemi tak menyurutkan guru dan siswa untuk berkreasi dan berkompetisi. Ini dialami oleh guru dan siswa SMPN 4 Anggana. Awalnya Pak Wonar Lalong mendapat informasi tentang PKN (Pekan Kompetisi Nasional), melalui instagram. Semangat kompetisi yang tinggi siswanya, membuat Pak Wonar Lalong, guru bidang studi Bahasa Indonesia dan Irmayani R., mengadakan seleksi hingga terjaring 38 anak SMP dan SMA. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA untuk SMP dan mata pelajaran Sosiologi, Bahasa Indonesia, Biologi, Matematika, Ekonomi, Fisika untuk SMA. Selama sebulan siswa mendapat pembimbingan pada sore hari.
Kompetisi dilakukan secara online. Untuk memudahkan kegiatan maka siswa dikondisikan tetap di Sekolah. Perjuangan mereka tak semudah yang dibayangkan. H-3 jaringan down sehingga timbul masalah serius. Kalau mereka tetap bertahan di sekolah dan belajar dari pengalaman lomba secara online, dikhawatirkan jaringan benar-benar hilang. Perjuangan dilanjutkan dengan berdiskusi bersama berbagai pihak sehingga diputuskan anak-anak harus mengikuti olimpiade di kecamatan agar mendapat jaringan yang stabil.
Perjalanan menuju kecamatan tidak mudah. Mereka harus naik kapal. Karena kapal penjemput datang pukul 17.00 wite rombongan berangkat mulai gelap, suara nyaring akibat knalpot yang patah memaksa untuk berhenti. Lama menunggu knalpot dilas, anak- anak menunggu pengumuman dengan harap-harap cemas. Bukan hanya rasa penasaran tetapi hempasan gelombang dan teriakan tak dapat dibendung manakala nama mereka muncul. Pembahasan tiada akhir hingga kapal bersandar sampai pukul 01.00 dini hari. Alhamdulillah, anak-anak mampu menunjukkan prestasi. Kerja keras tidak menghianati hasil. Sebagian mereka masuk final.
Finalis Bahasa Indonesia
- Hikmah (kelas 9)
- Ulan Saputri (Kelas 8)
Finalis IPA Terpadu
- Daniswaraa Yazkia Ardana (Kelas 9)
- Hikmah (Kelas 9)